Singkat cerita tentang telaga ngebel ponorogo :
Dahulu kala waktu Ki Ageng Mangir
merantau ke Jawa Timur sampai di Daerah Kabupaten Ngrowo yang akhirnya
menjadi Tulungagung sedang Istrinya bernama Roro Kijang yang ikut serta
merantau, pada hari waktu Roro Kijang hendak makan sirih, dicarinya
pisau untuk membelah pinang namun tak dapat menemukan, akhirnya minta
pisau kepada Suaminya oleh Suaminya diberi Pisau Pusaka, Seking dengan
berpesan kepada Istrinya :
- Agar lekas dikembalikan
- Jangan sekali pisau itu ditaruh dipangkuannya.
Pisau Pusaka Seking diterima dan terus dipergunakan untuk membelah
pinang, sambil makan sirih ia duduk – duduk, dengan enak ia menikrnati
rasa daun sirih dan Pinangnya.
Kemudian lupa pesan Suaminya dan pisau pusaka itu ditaruh diatas
pangkuannya, tetapi apa yang teijadi ia amat terkejut dan heran karena
pisau diatas pangkuannya seketika itu hilang musnah dicari kesana kemari
tidak ada.
Dengan ratap dan tangis iamenceritakan apa yang terjadi dan yang
telah dialami kepada Ki Ageng Mangir. Suaminya menerima kejadian itu
dengan sabar hati, karena hal itu sudah menjadi kehendak Tuhan dan untuk
menebus kesalahannya ini Roro Kijang harus bertapa di tengah – tengah
Rawa.
Roro Kijang menerima segala kesalahan yang dilimpahkan kepadanya dan
dengan rasa sedih hati ia melaksanakan perintah Suaminya bertapa di
tengah Rawa sedang Ki Ageng Mangir lalu kembali bertapa di kaki Gunung
Wilis sebelah barat.
Diceritakan bahwa Roro Kijang perutnya makin hari semakin bertambah
besar seperti orang bunting, tepatnya waktu itu ia melahirkan tetapi apa
yang teijadi, ia tidak melahirkan seorang anak manusia melainkan seekor
Jlar sekalipun ular tetapi tidak sembarang ular ia ular yang Ajalb
kulitnya jercahaya berkilauan seperti emas kepalanya seperti Mahkota.
Roro Kijang terkejut dan sangat takut serta merasa malu untung tak
ada rang mengetahuinya. Roro Kijang lalu mengambil sebuah Kelemting yang
libawanya lalu dipasang pada leher si Ular kemudian di tutup dengan
empayan setelah itu Roro Kijang pindah bertapa dilain tempat.
Bayi Ular semakin lama semain besar sehingga tempayan tempat ia
erkurung makin lama makin sesak lama kelamaan tempayannya pecah dan alar
dapat keluar.
Diluar ular makin lama bertambah semakin besar dan kuat kulitnya kena sinar Matahari semakin terang dan bercahaya gemerlapan.
Ia menjalar kesana kemari sambil menggerak – gerakan kepalanya
sehingga kelenting dilehemya berbunyi : kelinting – kelinting, karena ia
nerasa hidup sendirian maka timbulah pertanyaan dalam hatinya, siapakah
yang melahirkan mereka / dirinya dan siapakah kedua Orang tuanya.
Akhirnta timbulah niat untuk mencari kedua Orang tuanya dan dilihatnya
iari jauh ada seorang sedang bertapa. Yang akhimya orang pertapa tadi
idalah ibunya yaitu Roro Kijang, yang selanjutnya memberi nama kepada
maknya dengan nama Baru Klinting.
Atas pesan dan saran Ibunya yaitu Roro Kijang. Baru Klinting disuruh
nenyusul / mencari orang tuanya yang sedang bertapa digunung Wilis, Baru
klinting lalu beijalan menuju ke gunung Wilis karena yang dituju jauh
dan »udah payah lalu berhenti. Bekas tempat istirahat akhimya menjadi
desa fang bemama Desa Baru Klinting masuk Kabupaten Tulungagung. Ki
Ageng Vlangir setelah bertapa di Gunung Wilis ia berubah nama menjadi
Ajar aolokantoro, ketika ia sedang bertapa datanglah Baru Klinting
dihadapan- lya.
sebagai seorang pertapa yang telah tinggi Ilmunya, ia telah dapat
mengetahui ipa yang telah terjadi, terutama rente tan dengan peristiwa
hilangnya pisau 3usaka Seking dahulu.
Sedatangan Baru Klinting mengutarakan maksudnya sesuai petunjuk bunya
Roro Kijang bahwa yang pertapa di sini adalah Ayahnya dan Ajar
Solokantoro mau mengaku sebagai ayahnya, tetapi sebelumnya harus
menurut perintahnya dahulu yaitu : Lingkarilah Gunung Wilis ini kalau
dari ujungekor sampai kepalamu cukup panjang untuk melingkari Gunung
Wilis ini rnaka akan diterima sebagai anaknya.
Dengan ridho Tuhan Yang Maha Kuasa maka Baru Klinting dapat
melingkari kaki Gunung, ekor didepan sang pertapa dan kepala sampai
menyentuh ekor tetapi tinggal sepanjang jari saja. Untuk mencapai Ekomya
maka dengan seijinnya Baru Klinting mengeluarkan lidahnya dengan
sepanjang-pan- jangnya sampai ke Ujung ekor, setelah lidah Baru Klinting
dijulurkan sampai ke ekor maka pertapa lalu mencabut pisau, lidah Baru
Klinting lalu di potong seketika itu juga putuslah lidah Baru Klinting
yang sebelah dan lidah yang sebelah masih menyambung ekor sedang baru
kliting sendiri kesakitan. Dengan menahan sakit maka marahlah Baru
Klinting ditariknya ekor dan mengagah mulutnya akan menelan sang Ayah,
tetapi setelah diberi penger- tian bahwa apabila ingin menjadi manusia
agar jangan mempunyai lidah bercabang duajadi harus dip’otong yang
satunya, atas saran sang Ayah maka ditelanlah potongan lidah yang satu
tetapi harus dikeluarkan lagi dan jangan dikeluarkan melalui mulut.
Lidah dikeluarkan melalui telinga tetapi keluarlah sebuah pusaka yang
disebut Tobak Baru Klinting yang kelak sangat bermanfaat untuk Baru
Klinting.
Atas petunjuk Sang Ayah maka Baru Klinting meneruskan bertapa sampai
berpuluh tahun didalam hutan. Lama-kelamaan badannya tertim- bun oleh
daun daun dan tanah sehingga sebagian badan yang tidak terpen- dam
kelihatan seperti batang kayu, bagian kepala saja yang dapat kelihatan
terang muncul disuatu desa yang dinamakan desa “Sirah Naga” termasuk Kecamatan Millir Kabupaten Madiun.
Pada suatu hari didesa Ngebel dilereng Gunung Wilis akan mengadakan
Bersih desa pelaksanaannya dipusatkan dirumah Kepala Desa segala biaya
dipikul oleh Rakyat dalam desa untuk menghemat biaya semua warga desa
laki-laki supaya masuk hutan mencari binatang buruan baik Kijang, Rusa
ataupun yang lainnya untuk lauk pauk dalam pesta Rakyat nanti.
Pada pagi harinya orang desa yang laki-laki berduyun-duyun masuk n
mereka membawa parang, kapak sabit dan, keranjang dan tali, mya nasib
sedang sial padanya hampir seharian tak seekorpun dapat 1 buruannya,
semua lelah dan payah, oleh Pimpinannya diperintahkan lk berhenti di
tempat masing-masing sambil menunggu kalau ada tang yang terlihat
diantara sekian banyak ada seorang yang sambil uk mengayunkan kapaknya
ke batang kayu, anehnya kayu itu men- arkan darah, ia amat terkejut
sambil berteriak. Karena batang kayu itu geluarkan darah maka yang
lainpun mencoba mengiris batang kayu tapi . keluar darahnya.
Semua riang gembira barang yang disangka kayu itu dipotong-potong
mjangbadannya. Merekaberamai-ramai membawa pulanghasilburuan- dan
dimasak bersama-sama dirumah Kepala Desa. Sehari semalam di dopo Kepala
Desa diadakan keramaian, semua Rakyat didesa laki-laki :mpuan, tua muda
datang melihatnya Orang tua didalam Rum ah dan k-anak di halaman rumah.
Sewaktu anak-anak sedang bermain di luar irnan rumah, datanglah seorang
anak compang-camping Pakaiannya dan yak luka di badannya, dimana anak
itu datang mendekati anak-anak a itu datang menjauh.
eka merasa muak melihat anak itu datang merasa dihina oleh kawan-
rannya, maka ia lalu pergi ke Dapur minta nasi, semua orang benci
ihatnya dan tak ada seorangpun mau memberi nasi. Kemudian datang rang
nenek tua yang memberi nasi sebungkus penuh dengan pindang ing sate nasi
diterima terus saja dimakan sebentar saja habis. Perutnya yang dan
badannya menjadi kuat, aneh bin Ajaib semua luka-luka di lannya hilang
sama sekali dan bentuk badannya menjadi baik seperti Lk-anak di desa
itu.
Ia mendekati nenek tua itu yang telah memberi nasi tadi dan berpcsan
iada nenek tadi apabila ada apa-apa agar nenek tadi membawa entong idok
nasi) dan lekas saja naik lesung, anak itu lalu meninggalkan nenek i dan
berkumpul dengan anak-anak desa itu.
Dengan membawa sebuah lidi sapu ia masuk kelingkaran tempat anak- ik
bermain seraya menantang kepada anak-anak desa itu, bahwa siapa yang
bisa mencabut lidi yang baru ditancapkan ditanah akan diberi hadiah
sebungkus nasi penuh dengan daging. Semua anak datang mencobanya tetapi
tak berhasil malahan orang tuapun datang ingin mencobanya mencabut lidi
tetapi juga tidak adayang berhasil. Dengan berpesan kepada orang desa
itu bahwa orang kikir itu tidak baik dan tidak mendapat berkah dari
Tuhan Yang Maha Kuasa dan jangan berlagak sombong dan suka menghina
orang lain. Akhirnya anak kecil itu dengan perlahan-lahan mencabut lidi
sapu yang tertancap di tadi dengan mudahnya seolah-olah timbul sebuah
mata air yang besar dan menggenangi halaman dan pekarangan kepala desa.
Oleh karena derasnya air maka anak-anak dan Orang tua jatuh tenggelam
semua orang mati dan segala Bangunan roboh terapung- apung sebentar
saja desa itu tenggelam dan menjadi Danau yang selanjutnya dinamakan ” danau Ngebel “.
Hanya dua Orang yang selamat yaitu nenek tua dan anak kecil tadi
dimana setelah mengetahui ada air datang ia langsung naik lesung sebagai
perahunya dan Entong sebagai alat pendayung. Nenek tua bersama anak
kecil tadi menjalankan perahunya ketepi danau lalu mendarat. Tempat
mendarat ini ditepi pasar Ngebel nenek tua tadi tinggal dan menetap
disitu sampai ajalnya dan dimakamkan ditengah-tengah Pasar Ngebel.
Akhirnya nenek tua itu disebut “Nyai Latung” dan telaga tadi disebut dengan sebutan ” Telaga Ngebel
Diceritakan bahwa Baru Minting yang sedang berta pa dalam hutan
karena perbuatan penduduk Ngebel maka badannya telah hancur tinggal
bagian Kepalanya saja. Kepalanya menjadi batu terletak di Desa sebelah
Barat dari Desa Ngebel. Tempat kepala ini akhirnya dinamakan Desa “Sirah Naga”.
Dengan takdir Illahi Baru Klinting setelah hancur badannya menjelma
menjadi seorang anak kecil dan disebut anak bajang dan si Bajang inilah
yang membuat permainan lidi sapu tadi. Setelah si Bajang berpisah dengan
nenek tua lalu ia mencari Orang tuanya ditinggalkannya Danau Ngebel,
lalu pergi ke Gunung-gunung mencari tempat Orang tuanya bertapa. Setelah
bertemu lalu menghadap Orang tuanya (Ayahnya) sambil menyampaikan bahwa
perintah Ayahnya telah dilaksanakan dengan baik.
Sang Ayah akhimya mengakui bahwa ia anaknya dan diberi nama “Joko Baru” dan diberinya sebuah Pusaka Tombak bemama “Tombak Baru Kuping”
Joko Bam dengan rasa ham bersujud dan menerima sebuah pusaka dari
Ayahnya. Setelah menerima Pusaka Joko Baru diberi nasehat- nasehat dan
disuruh pergi ke arah timur Gunung Wilis dan jangan berhenti kalau belum
sampai ke sebuah Rawayang luas dan Ayahnya berpesan bahwa disitulah
tempat Tumpah darah Joko Baru. Setelah sampai ditempat itu agar nanti
Joko Baru membangun tanah kelahirannya, sebab dengan pusaka ini nanti
Joko Bam akan menjadi Orang Besar dan setelah itu dicarilah Ibunya dan
dipeliharalah bersamamu dengan baik.
Setelah cukup pesan Ayahnya Joko Bam bersujud dan mohon diri untuk
melaksanakan perintah Ayahnya. Joko Bam tems pergi kearah timur Gunung
Wilis setelah berjalan berhari-hari sampailah di tanah Ngrowo dan
bertemu dengan ibunya serta diterima dengan senang hati.
Akhirnya pusaka Bam Kuping menjadi Pusaka Wasiat Kabupaten Bonorowo yang ahimya pindah ke utara menjadi Kabupaten Tulungagung.
(sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
PERGUNAKAN BAHASA KOMENTAR YANG SOPAN
TERIMAKASIH SUDAH MEMEBRIKAN KOMENTAR DAN SARAN